Mobil Tua Tapi Suka
JAKARTA – Umurnya masih 22 tahun, tapi Raden Laurent Setjodiningrat
memiliki hobi yang berbeda dengan pemuda seusianya. Jebolan Digital Arts
Singapura dan Arizona, Amerika Serikat ini tampak antusias di belakang
Chevrolet Bel Air 1957 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pekan lalu.
Secara bergantian, Laurent berbagi dengan Hartawan ‘Hawke’
Setjodiningrat sang ayah menggeber mobil berkelir merah dan kabriolet
itu.
Penerus
Hawke memang tersohor sebagai pemilik galeri mobil klasik sejak tahun
1989. Ia merestorasi dan mengoleksi mobil klasik di rumahnya kawasan
Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Hobi itu ditekuninya sepulang dari
Australia mendalami ilmu otomotif.
Namun sejauh rentang itu, belum ada tanda-tanda ketiga putranya
meneruskan hobinya itu. Kini ‘putra mahkota’ itu mulai kelihatan dan
menurun pada Laurent tak lain putra bungsunya.
“Sejak umur 4 tahun, Laurent saya ajak turing dengan mobil klasik.
Ya, belum jauh-jauh sih. Pada umur 12 tahun, ia sudah bisa bawa mobil.
Setelah itu sekolah di Singapura dan Amerika Serikat. Sejak kecil memang
sudah kelihatan bakatnya suka mengutak-atik mobil dan itu berlanjut
sampai sekarang,” ujar Hawke yang dikenal sebagai salah satu dedengkot
mobil klasik.
“Merawat mobil klasik berbeda dengan mobil baru. Harus rajin
memeriksa bagian mesin karena kemungkinan overheating dan pelumas yang
bisa tiba-tiba cepat kering meski baru diganti. Apalagi untuk turing
jauh seperti ini. Tetapi secara umum, Chevy Bel Air ini andal untuk
medan naik turun seperti di Lombok,” ungkap Laurent.
Bungsu dari tiga bersaudara pasangan Hawke dan Minarsriani Soedargo
ini memang secara alamiah saja mengikuti jejak yang ayah. Bukan berarti
kakaknya, Raden Edwin Setjodiningrat (30 tahun) dan Raden Ronald
Setjodiningrat (26) tidak doyan otomotif. Tapi Edwin lebih suka
modifikasi, sedang Ronald memilih berbisnis.
Filosofinya pun seperti sang ayah. Bahwa jalan-jalan dengan mobil
klasik di daerah lebih menyenangkan ketimbang ngebut di jalanan Jakarta
atau nongkrong di mall.
Mobil Harian
Kelahiran Jakarta, 13 Februari 1989 ini pun mengaku bisa menyalurkan
ilmu yang telah dipelajarinya dengan menggemari mobil klasik. Dalam
beberapa kesempatan, Laurent mengatur Bel Air di tepi pantai untuk bisa
difoto dengan sudut pengambilan yang maksimal. Hasilnya, memang sebuah
paduan antara seni dan mobil klasik nan indah.
Yang unik, sehari-hari Laurent lebih suka menggeber Fiat 124 sport
coupe keluaran tahun 1973. “Kalau ngantor, atau bahkan hang out di akhir
pekan pun, saya lebih suka memakai Fiat 124 ini. Biarin aja orang
memakai mobil sport yang baru. Saya lebih excited dengan mobil klasik
kok,” kilah Laurent.
Memilih Fiat 124 sport coupe sebagai kendaraan harian
Sebetulnya, untuk harian, tak hanya Fiat 124 yang dipakainya.
Melainkan gantian dengan Pajero short J-Top (1991) atau Mini Cooper
(1991) yang juga terhitung mobil berumur. “Sama-sama asyiknya sih. Tapi,
Fiat 124 sport coupe itu yang lebih sering saya pakai buat harian,”
senyum Laurent yang kini tengah magang digital arts di sebuah perusahaan
production house.
Laurent juga sudah ditugasi untuk mengelola Hawke Auto Gallery yang
memiliki sekitar 60 mobil klasik dari berbagai merek. Utamanya,
keperluan sewa mobil untuk pre-wedding, shooting video klip hingga
acara tertentu. “Sekarang peminatnya ramai sekali. Seminggu bisa sampai 4
kali penyewaan. Bisa hanya satu mobil atau satu paket 3 mobil untuk 6
jam dengan sewa Rp 9 juta,” tutur Laurent.
Hawke pun mengaku saat masih ditangani langsung, justru sering gagal
deal-nya. Namun setelah dikelola Laurent, bisnis penyewaan mobil untuk
keperluan tertentu menjadi ramai. “Mungkin taste-nya lebih kena
daripada saya. Tapi untuk sewa itu sangat fleksibel kok. Bahkan saya
pernah tak memungut sepeserpun kalau dari kalangan tidak mampu,” sebut
Hawke. (mobil.otomotifnet.com)